Bungkam tutur, biarlah bungkam 0
Bungkam hati, silahkan bungkam 0
Bungkam gores, marilah bungkam 0
Bungkam rasa, ayolah bungkam 0
Bungkam semua dengan kisah
Bungkam binasa dengan asa
Bungkam jejak dengan nyalak
Silahkan.........
Jejaki jejak dengan tapak
Jalankan beriring jejalan
Tapaki seiring tatapan
Bungkam,silahkan
Silahkan, bungkam
0000000000000000
Bercanda menyapa alam, berlarian mengejar masa
pipit bersenandung.
Tawa riang tak kering meski dijejali pancaroba
kecil nya....
Waktu dipuncak kepala...
Tanpa tutur,kau hanya peduli pada bayangmu SAJA.
Ku TAKPEDULI...
Selama kumasih bisa bercengkerama dg waktu,
Bersenandung lagu kerinduan pada kecil nya-waktu.
Berlari tergopoh dg beban mengejar batasku,
Menuju cakrawala disambut Rembulan,
Disisa penghabisan waktu masaku
menuju Gelaran Nasibku yg melaju..
~suatu kenang,kecil nya~waktu,batas laju jejakku~
oleh Nike Kusuma
pada 04 Mei 2010 jam 20:48
Tuangkan minuman yang pait
pada gelasku yang bening n suci.
Angkat gelas tinggi-tinggi kita bersulang,
bersulang atas kehidupan yang memabukkan....
Tooossss!!!!....
Benturkan gelasmu pada gelasku,
buat tanda retakan yang indah.
Retakan tanda kita pernah punya jiwa,
Goresan wakil perjalan kisah.
Sekali lagi mari...mari...
Bersulang atas langkahmu yang terayun,
Jejakku yang terhuyung.
Huk...huk...
Mari....bersulang......
untukmu....untukmu!!!!...
------------ (setelah mabuk akan muaknya jejak)
huwek...huwek....
Ku muntahkan kotoran2 ucap
Ku muntahkan kotoran2 prasangka
-----------(tak sadarkan diri)
Tak sadarkan diri..........
Bangunkan aku dengan tamparan Sang Surya!!!
Siram aku dengan air suci MU!!!
--------(buatku tersadar)
Buka mata dengan nyata kasih NYA
Selimuti kalbu dengan belaian NYA
-----------(Mari Bersulang)
Mari bersulang!!!
Mari bersulang!!!
Mari bersulang!!!
Bukan dengan getirnya langkah lagi...
Hanya dengan Tuntunan DOA....
Dari tanpa kata sampai jutaan tak terbata,
tak pernah ada seutas gurat lelah,
Iringi nada-nada lajuku jejaki rapuhnya kata,
menapaki fana Nya Sang Pencipta.
Masih tergambar...
Kecup kening kala ku hendak berpaling,
Lafadz-lafadz pembimbingNya kala ku tak berhasrat,
Bisik penyejuk kala ku tak terusik,
Derai matanya kala ku jalani hidup terurai.
Bunda,
Sejak ku urai huruf demi huruf
hingga wacana tanpa bejana,
Kau tak sejenak berontak tinggalkan ku
yang tersedak-sedak arungi samudra coba Nya.
Kini di satu fase jalanku,
Kau pintaku arungi samudra dengan bayang jiwaku.
Sang Nahkoda sebagai pemimpinku,
tapi Restumu janjikanku slalu teriring.
Hidupku...Restumu...
Meski ku masih dalam pengembaraan jiwa,
Kau alirkan hemoglobin-hemoglobin kepercayaan,
Esok pasti ada
Gurat yang menyayat,
menyisakan serat2 karat.
Bukannya tersekat,
tapi jadi sebuah perangkat.
Biarlah segala lenyap terlelap
dalam harap.
Kini masa kan tetap terurai,
tanpa gerai bangkai tuturmu.
Kan kunikmati tangkai demi tangkai
beraroma nyiur yang merindu
pada sang empuNya.
Seratus malam rembulan tlah iringi,
langkah senyum hangat beku bunga senjaku.
Alunan yasin n tahlil yg menggema,
iringi keikhlasan kami mengenangmu bunga senjaku.
Meski takkan pernah terganti n terlupa,
Senyum syahdu peluk kasih bunga senjaku.
Selamat jalan,
Seratus malam yg masih menggoreskan senyummu.
Sampai jumpa kelak dikeabadian,
sambut aku kelak dg senyum n kecup keningku.
*7 April 2011 mengenang 100 hari meninggalnya Mbah Putri tercinta*